![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEip0_pEb6s0P5Y2rK8LczFZ7zEM43BtZYtCKhQkHegtUYGwltNsUaSXizuhSIW6jRpbfTznjb-taa9ZrVuO68RFRmvAgWT92goi7XQmZ7uTTl4WIYldJaioPBucB9Cag1RwVOYWo7dNrkwO/s640/moon-2312067-1280_1497157447.jpg)
Astronaut yang bepergian ke Planet Mars atau dalam misi jangka panjang di luar perlindungan medan magnet Bumi berisiko terkena penyakit dua kali lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya. Menurut studi University of Nevada (UNLV), di Las Vegas, Amerika Serikat, mereka dapat terkena kanker, katarak, dan penyakit lainnya.
Studi yang diterbitkan di Scientific Reports tersebut telah memperkirakan bahwa risiko kanker dari misi manusia ke Mars dan program luar angkasa lainnya telah meningkat secara efektif.
Astronaut akan terpapar sinar kosmik galaksi saat berada di luar angkasa. Mereka tidak berada dalam lindungan magnetosfer Bumi dari partikel berbahaya.
Sinar kosmik itu berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan dan mutasi DNA. Oleh karena itu, semakin lama seseorang berada di luar angkasa, semakin banyak partikel-partikel itu yang terpapar padanya.
Model penilaian risiko NASA saat ini menegaskan bahwa kanker berbasis radiasi mayoritas berasal dari sinar kosmis yang mengacaukan DNA manusia. Namun model penilaian baru tim UNLV ini menunjukkan bahwa fakta tersebut dapat menjadi jauh lebih buruk. Hal ini disimpulkan setelah mereka mempelajari tumor pada tikus.
Penilaian saat ini yang digunakan oleh NASA menunjukkan bahwa kanker yang disebabkan oleh jenis radiasi kosmik ini akan terkandung di dalam sel yang rusak. Namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa sel yang rusak justru meningkatkan risiko sakitnya sel sehat.
"Kami mempelajari sel-sel yang rusak mengirim sinyal ke sekitarnya, sel-sel yang tidak terpengaruh dan kemungkinan memodifikasi lingkungan mikro jaringan," ujar Francis Cucinotta, peneliti utama studi tersebut, di UNLV.edu.
"Sinyal tersebut tampaknya mengilhami sel sehat untuk bermutasi, sehingga menyebabkan tumor atau kanker tambahan."
Paparan sinar kosmik galaksi dapat menghancurkan inti sel dan menyebabkan mutasi yang dapat menyebabkan kanker. Sinar kosmik, seperti atom besi dan titanium, merusak sel karena tingkat ionisasinya sangat tinggi, kata laporan tersebut.
Bahkan baju ruang angkasa pun tidak mampu menangkal radiasi ini.
Cucinotta menambahkan bahwa menjelajahi Mars akan membutuhkan misi 900 hari atau lebih dan mencakup lebih dari satu tahun di ruang angkasa dalam (deep space) di mana eksposur terhadap semua energi ion kosmik galaksi berat tidak dapat dihindari. "Tingkat perisai radiasi saat ini setidaknya hanya akan mengurangi risiko paparan."
Cucinotta juga membahas dilema moral yang sekarang manusia hadapi saat berusaha menjajah Mars dan melakukan perjalanan di luar angkasa.
"Mengindahkan atau meningkatkan tingkat risiko yang dapat diterima menimbulkan peringatan etika yang serius, jika sifat sebenarnya dari risiko tersebut tidak cukup dipahami."
Bisa dikatakan para astronaut menjadi sosok pahlawan yang mau mempertaruhkan nyawa mereka untuk mengeksplorasi ruang angkasa.
Oleh sebab itu timbal balik yang dapat diberikan kepada mereka adalah untuk melakukan segala hal yang bisa memastikan mereka pulang ke Bumi sesempurna saat mereka pergi.
Para ilmuwan masih belum yakin akan risiko selanjutnya, namun penelitian terus berlanjut. Langkah ini tergambar dalam alasan mengapa astronaut NASA Scott Kelly menghabiskan hampir setahun di luar angkasa. Jadi, manusia di Bumi bisa lebih mengerti tentang efek jangka panjangnya.
Informasi lebih lanjut dikumpulkan dari penjelajah Curiosity Mars saat memasuki Planet Merah mulai November 2011 sampai Agustus 2012. Para ilmuwan menemukan bahwa peralatan tersebut terkena dosis radiasi hingga 1.000 kali lebih tinggi daripada di Bumi.
Tim Cucinotta dan peneliti lainnya mencoba untuk mengetahui berapa banyak kerusakan yang dapat dilakukan radiasi dan apa yang mungkin diperlukan untuk menghentikannya.
NASA telah merencanakan untuk mengirim manusia ke Mars pada 2030-an.
No comments:
Post a Comment